Senin, 29 Oktober 2018

Contoh kasus AMDAL di Indonesia


CONTOH KASUS AMDAL DI INDONESIA(TPA,bantargebang,Bekasi) DAN CONTOH KASUS AMDAL LUAR NEGRI(TUMPAHAN MINYAK KAPAL SHOWA MARU DAN GULF WAR OIL SPILL)
CONTOH KASUS AMDAL DI INDONESIA(TPA,bantargebang,Bekasi)


I. Pendahuluan                         
Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional didunia.Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar tidak lepas dari sasaran investasi perusahaan-perusahaan tersebut. Tetapi dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang positif maupun negatif di indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari perusahaan tersebut adalah banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan kendala yang akan dihadapi dikemudian hari.
Pada dasarnya semua usaha dan pembangunan menimbulkan dampak dikemudian hari. Perencananaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampaknya yang penting dikemudian hari, guna dijadikan pertimbangan apakah rencana tersebut perlu dibuat penanggulangan dikemudian hari atau tidak.Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa kemasa terus berlanjut guna memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.
Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu akan kembali kepada siklus alam walaupun bahan sintesis hasil rekayasa manusia seperti plastik, tetapi akan menimbulkan masalah yang sangat besar terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan lagi.Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan dan mengakibatkan timbulnya sampah.
II. Pokok Permasalahan
1. Bagaimana Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan masyarakat?
2. Bagaimana sistem pengelolaan dan kebijakan pemerintah terhadap sampah di daerah bekasi dan sekitarnya?
III. Data dan Fakta
Bahwa,di kawasan Bantar Gebang Bekasi menyebutkan, akibat dijadikan kawasan tersebut sebagai TPA, warga di sekitar menderita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil penelitian selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk,jumlah limbah domestik dari rumah tangga adalah sebesar 2.915.263.800 ton/tahun atau 5900 – 6000 ton/hari; lumpur dari septic tank sebesar 60.363,41 ton/tahun dan yang bersumber dari industri pengolahan sebesar 8.206.824,03 ton/tahun.
penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah); alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah (efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga : gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.
Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di Tempat Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan luas yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim pemusnahan yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah dipergunakan sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan sehingga      kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.
2. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur “sanitary landfill”.
3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan ambulance.
4. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.
Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS. Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi cepat terpenuhi.
IV. Analisa
1. Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan masyarakat
Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.Sesuai dengan ketentuan tersebut bahwa setiap orang berhak menolak dengan adanya hal-hal yang dapat merugikan kesehatan baginya. Dalam hal ini, Tidak ada teknologi yang dapat mengolah sampah tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengelolaan sampah selalu membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan ahir.
Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya. Seperti contoh yang terjadi di TPA bantar gebang, dengan adanya TPA maka warga sekitarnya TPA menuai derita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil penelitian di Bantar Gebang selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Dengan adanya TPA tersebut juga dapat merusak lingkungan dan ekologi disekitarnya. beberapa kerusakan lingkungan yang hingga kini tidak bisa ditanggulangi akibat sebuah kawasan ekologi dijadikan TPA antara lain: pencemaran tanah dimana Kegiatan penimbunan sampah akan berdampak terhadap kualitas tanah (fisik dan kimia) yang berada di lokasi TPST dan sekitarnya. Tanah yang semula bersih dari sampah akan menjadi tanah yang bercampur dengan limbah/sampah, baik organik maupun anorganik baik sampah rumah tangga maupun limbah industri dan rumah sakit. Tidak ada solusi yang konkrit dalam pengelolaannya, maka potensi pencemaran  tanah secara fisik akan berlangsung dalam kurun waktu sangat lama.
2. Sistem Pengelolaan Sampah Dan Kebijakan Pemerintah.
Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatanya tidak sesuai dengan kemampuan serta melihat situasinya.Begitu pula dengan sampah, dapat membuat hidup jadi tidak sehat. Karena itu sampah harus dapat diolah dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai penyakit.
Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.
Kedua, faktor penyebab secara EKSTERNAL. Faktor penyebab eksternal yang paling klasik terdengar adalah minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala umum bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering dialokasikan ke daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan Tangerang serta TPA Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung. Alasan eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi penolakan keras dari warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya.Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.
 Secara umum, pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah sampah seharusnya mempunyai rencana pengelolaan lingkungan hidup yang baik bagi warga sekitar. Dimana dalam menyusun pengelolaan lingkungan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisahkam yaitu:
a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan apa yang harus dilakukan
b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka akan ditetapkan cara pengelolaan yang bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah
c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu, maka teknologi yang akan digunakan tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber pencemar.
Permasalahan umum yang terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA , khususnya kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Karena itu pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  • Memanfaatkan lahan yang terbatas dengan efektif
  • Memilih teknologi yang mudah, dan aman terhadap lingkungan
  • Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat
  • Produk harus dapat terjual habis.
Karena itu, untuk memenuhi kriteria tersebut diatas, teknologi yang layak dalam pengelolaan sampah di TPA bantar gebang dan untuk diterapkan adalah kombinasi dari berbagai teknologi serta penunjang lainya yaitu :
  • Teknologi landfill untuk produksi kompos dan gas metan
  • Teknologi anaerobik komposting dranco untuk produksi gas metan dan kompos
  • Incinerator untuk membakar bahan anorganik yang tidak bermanfaat serta pengeringan kompos
  • Unit produksi tenaga listrik dari gas metan
  • Unit drainase dan pengolah air limbah
Dalam menangani masalah sampah dikota jakarta, pemerintah dalam hal ini membuat kebijakan-kebijakan, dimana masalah sampah tersebut juga merupakan masalah lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup merupakan masalah pemerintah dan juga masyarakat, namun perlu disadari untuk semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran (sampah) atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, dimana faktor penyebabnya antara lain:
  • Kurangnya kesadaran masyarakat.
  • Kurangnya masyarakat dalam melakukan tindakan.
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan.
  • Keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah.
Dengan mencermati permasalahan yang terjadi maka pemerintah mencoba berbagai terobosan yang efektif dan efisien (tepat guna dan tepat sasaran). Sejauh ini, berbagai solusi terus-menerus diupayakan meskipun dalam perkembangannya berbagai kendala kerapkali dijumpai. Solusi-solusi yang sejauh ini telah diupayakan melalui sejumlah program kerja antara lain dalah pelaksanaan regionalisasi pengelolaan sampah melalui program GBWMC (Great Bandung Waste Management). Terdapat 4 poin dalam nota kesepahaman itu, yaitu :
  • pengelolaan sampah bersama secara terpadu di kawasan Bandung metropolitan
  • membentuk wadah yang mandiri dalam pengelolaan sampah terpadu
  • percepatan pembentukan wadah mandiri dengan membentuk tim perumus yang terdiri dari 5 wilayah tersebut
  • nota kesepahaman ini berlaku hingga terbentuknya wadah yang mandiri tersebut
V. KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dari uraian yang disampaikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya, disamping itu juga mempengaruhi atau merusak ekologi disekitarnya yang diantaranya adalah terjadinya pencemaran air, udara, tanah. Dan akibat dari pencemaran tersebut warga sekitar mudah terserang penyakit.

2. Sistem pengelolaan sampah yang digunakan ini sudah ketinggalan zaman yang salah satunya menggunakan landfill system dimana dalam sistem tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk sampah. Disamping itu pemerintah harus dapat membuat kebijakan baik internal maupun eksternal. Faktor Internal dimana minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan rumah tangganya sendiri, rendahnya SDM. Sedangkan yang mempengaruhi faktor eksternal adalah minimnya lahan pembuangan sampah serta tidak ketatnya pemerintah baik pusat maupun daerah membuat aturan masalah sampah.

SUMBER:



Tugas penulisan efektif dan efisien

Kamis, 12 Juli 2018


ARTIKEL RISET OPERASI
METODE PENUGASAN

Image result for logo gunadarma












Riefky Rakhareswara
16316359
2TA02
Dosen:
Doddy Ari Suryanto



JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2018
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG........................................................................................
1.2  TUJUAN............................................................................................................
1.3  IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................
BAB II BENTUK UMUM
2.1 TABEL MATEMATIS.......................................................................................
2.2 PERNYATAAN MATEMATIS.........................................................................
2.3 KASUS YANG DIAMBIL.................................................................................

BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA











KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb,
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan atas karunia, serta ridha-nya lah penulis dapat menyelesaikan Artikel ini. Penulisan Artikel ini dibuat dengan tujuan memperluas ilmu pengetahuan tentang masalah yang dibahas sebagai sarana informasi
               Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besar nya karena  atas dukungan, serta doa  yang diberikan kepada penulis sehingga terselesaikan Artikel ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk pihak yang berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.
               Penulis juga ingin mengucapkan permintaan maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun kelengkapan pada Artikel ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis.
               Penulis berharap kritik dan saran pembaca dapat memberikan pelajaran bagi penulis khususnya para pembaca umumnya, Amin.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.
                                                                                                             Depok, 9 Juli 2018
    
                                                                                             
                                                                                                Riefky Rakhareswar











BAB 1
PENDAHULUAN

1.1                LATAR BELAKANG

              Masalah Penugasan : Masalah Pemrograman Liner khusus. Masalah pendelegasian tugas/assignment ke sejumlah penerima tugas/assignee atas dasar satu-satu (one-to-one basis). Jumlah assignment = jumlah assignee, bila tidak harus ditambahkan, dummy assignment/assignee‟ atau obyek semu. Diperlukan data keuntungan/kerugian yg ditimbulkan assignee dalam menyelesaikan assignment.
            Umumnya diselesaikan dengan Metode Hungarian. Metode Hungarian yang pada tahun 1916 dikembangkan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Hungaria yang bernama D KÖnig. Sebagai catatan, kasus penugasan dianggap normal apabila jumlah sumber daya yang akan ditugaskan dan jumlah pekerjaan atau tujuan adalah sama.

1.2                TUJUAN

            Tujuan metode penugasan adalah menjadwalkan setiap assignee pada suatu assignment sehingga dihasilkan kerugian minimal atau keuntungan maksimal

1.3                IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah : bisa Minimisasi/Maksimisasi
·         Kerugian : berupa biaya dan waktu
·        Keuntungan : berupa pendapatan, laba, nilai kemenangan.











BAB 2
BENTUK UMUM

2.1      TABEL MATEMATIS

             
2.2         PERNYATAAN MATEMATIS

             











2.3                KASUS YANG DIAMBIL

Pada sebuah Perusahaan tersedia 4 orang ahli yang harus ditempatkan pada 4 bidang yang ada (1 ahli untuk 1 bidang). Pemilik Perusahaan telah menganggarkan modal awal untuk keempat ahli pada keempat bidang sebagai berikut : (modal dalam jutaan)
Ahli
(A)
Bidang (B)
B1
B2
B3
B4
A1
Rp. 67
Rp. 76
Rp. 82
Rp. 75
A2
Rp. 80
Rp. 70
Rp. 65
Rp. 77
A3
Rp. 77
Rp. 68
Rp. 70
Rp. 74
A4
Rp. 70
Rp. 73
Rp. 78
Rp. 80

Dana ahli A1 di bidang B3 adalah 82, dana ahli A1 dibidang B1 adalah 67, dan seterusnya. Bagaimana penugasan terbaiknya yang dapat menghasilkan dana ahli bidang keseluruhan adalah yang terbesar?
Penyelesaian dengan Metode Hungarian (untuk maksimasi)
1.      Lakukan operasi baris, yaitu dengan mengurangkan semua nilai pada baris dengan nilai terbesarnya (operasi per baris untuk mendapatkan nilai 0 pada Jackp barisnya).
2.      Lakukan operasi kolom untuk memastikan bahwa Jackp kolom ada nilai 0 (laukan pengurangan terhadap nilai terbesar hanya pada kolom yang tidak memiliki nilai 0).
3.      Lakukan penugasan terbaiknya (merujuk kepada elemen yang bernilai 0 atau terbesar, dipilih dan dipilah sendiri) dengan cara :
4.      Penugasan pertama kali pada baris dan kolom yang memiliki satu-satunya nilai 0.
5.      Penugasan berikutnya pada baris saja atau kolom saja yang memiliki satu-satunya Adii 0.
6.      Kerjakan terus hingga selesai dan diperoleh nilai terbesar.
Hasil langkah 1, 2, 3 untuk contoh kasus ahli bidang adalah sebagai berikut :
Data awal :
67
76
82
75
80
70
65
77
77
68
70
74
70
73
78
80
1.Operasi baris
·         Semua elemen pada baris 1 dikurangi dengan 82.
·         Semua elemen pada baris 2 dikurangi dengan 80.
·         Semua elemen pada baris 3 dikurangi dengan 77.
·         Semua elemen pada baris 4 dikurangi dengan 80.
Hasilnya sebagai berikut :
-15
-9
0
-7
0
-10
-15
-3
0
-9
-7
-3
-10
-7
-2
0
Tidak ada nilai Nol
2.Operasi Kolom
Pada kolom 2 masih ada yang belum memiliki nilai 0, lakukan operasi kolom pada kolom ini saja kurangi semua nilai pada kolom 2 dengan -7
Hasilnya :
-15
-2
0
-7
0
-3
-15
-3
0
-2
-7
-3
-10
0
-2
0
·         Tampak hanya baris 1, 2 dan 3 serta kolom 2, 3, dan 4 yang memiliki hanya satu nilai 0.
·         Hanya baris 1 dan kolom 3 yang pada baris dan atau kolom memiliki satu-satunya nilai 0 berarti sebagai prioritas utama penugasan terbaiknya adalah ahli 1 di bidang 3.
·         Ahli A4 lebih baik ditempatkan pada bidang B4 daripada bidang B2, bidang B1 lebih baik dipegang oleh ahli A2 daripada ahli A3 dan seterusnya.
Hasil penugasan terbaik :
Ahli Bidang
Nilai Dana
A1 – B3
Rp. 82
A2 – B1
Rp. 80
A3 – B2
Rp. 68
A4 – B4
Rp. 80
·         Total nilai terbaik adalah Rp. 310.


Contoh Kasus Minimasi
Pada sebuah sebuah Perusahaan Atap ada 5 Rumah Produksi (Beton Normal, Beton Ringan, Beton Precast, Beton Bertulang dan Beton Polos) yang dikepalai oleh 5 orang pekerja (sebut saja Andi, Budi, Gian, Robert, dan jon). Data nilai kesalahan yang dibuat oleh kelima pekerja bila ditempatkan pada masing-masing rumah produksi tersebut adalah sebagai berikut :
Pekerja
Klinik
Beton Normal
Beton Ringan
Beton Precast
Beton Bertulang
Beton Polos
Andi
33
30
41
41
23
Budi
26
33
36
28
30
Gian
28
33
25
25
34
Robert
37
30
29
32
25
Jon
30
28
40
30
28
Bagaimana penugasan terbaiknya yang dapat menghasilkan nilai kesalahan total yang terkecil?
Langkah metode Hungarian untuk kasus minimasi
Mengubah faktor pengurangnya kepada nilai terkecil sebagai berikut :
·         Lakukan operasi baris baris yaitu dengan mengurangkan semua nilai pada baris dengan nilai terkecilnya.
·         Lakukan operasi kolom untuk memastikan bahwa tiap kolom ada nilai 0 (lakukan pengurangan terhadap nilai terkecil hanya pada kolom yang tidak memiliki nilai 0).
·         Lakukan penugasan terbaiknya (merujuk kepada elemen yang bernilai o atau terbesar, dipilih dan dipilah sendiri) dengan cara :

1.      Penugasan pertama kali pada baris dan kolom yang memiliki satu-satunya 0
2.      Penugasan berikutnya pada baris saja atau kolom saja yang memiliki satu-satunya nilai 0
3.      Kerjakan terus hingga selesai dan diperoleh nilai terkecil
Data awal :
33
30
41
41
23
26
33
36
28
30
28
33
25
25
34
37
30
29
32
25
30
28
40
30
28
Operasi baris :
·         Kurangkan semua nilai pada baris 1 dengan 23.
·         Kurangkan semua nilai pada baris 2 dengan 26.
·         Kurangkan semua nilai pada baris 3 dengan 25.
·         Kurangkan semua nilai pada baris 4 dengan 25.
·         Kurangkan semua nilai pada baris 5 dengan 28.



Hasilnya sebagai berikut :
10
7
5
18
0
0
7
10
2
4
3
8
0
0
9
12
5
4
7
0
2
0
12
2
0
·         Baris 2 dan kolom 1 adalah prioritas utama karena memiliki satu-satunya nilai 0 pada baris dan kolom, tugaskan pekerja 2 pada klinik 1
·         Penugasan lainnya seperti yang tampak diatas
Kepala Rumah Produksi
Kesalahan
ADI – Beton Polos
23
BUDI- BETON NORMAL
26
Gian – Beton Bertulang
25
ROBERT – Beton Precast
29
Jon – Beton Ringan
28
Nilai kesalahan Total = 131
BAB 3
KESIMPULAN

3.1      KESIMPULAN

                Keterbatasan manusia dalam memberikan solusi tanpa alat bantu merupakan salah satu kendala dalam mengoptimalkan solusi yang ada. Apalagi jika harus menganalisis dan memilih ratusan atau bahkan ribuan objek beban agar sesuai dengan kapasitas daya angkut media transportasi. Efisiensi dalam penggunaan waktu juga menjadi pertimbangan dalam mendapatkan solusi yang optimal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang dapat membantu perusahaan transportasi dalam penyelesaian permasalahan penugasan.






























DAFTAR PUSTAKA



Penilaian dan Forensik Bangunan pada Waduk

https://drive.google.com/open?id=11TMIkRF4_ayPcGbcmozjDR4YrsUWcf1_