Minggu, 02 Desember 2018
Senin, 29 Oktober 2018
Contoh kasus AMDAL di Indonesia
CONTOH KASUS AMDAL DI
INDONESIA(TPA,bantargebang,Bekasi) DAN CONTOH KASUS AMDAL LUAR NEGRI(TUMPAHAN
MINYAK KAPAL SHOWA MARU DAN GULF WAR OIL SPILL)
CONTOH KASUS AMDAL DI INDONESIA(TPA,bantargebang,Bekasi)
I. Pendahuluan
Globalisasi ekonomi, politik dan sosial
membawa hubungan antar negara semakin dekat dan erat serta membawa dampak yang
positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu akibat yang paling nyata
dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional
didunia.Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar tidak lepas dari
sasaran investasi perusahaan-perusahaan tersebut. Tetapi dengan masuknya
perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang positif maupun negatif di
indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari perusahaan
tersebut adalah banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan
kendala yang akan dihadapi dikemudian hari.
Pada dasarnya semua usaha dan
pembangunan menimbulkan dampak dikemudian hari. Perencananaan awal suatu usaha
atau kegiatan pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampaknya yang penting
dikemudian hari, guna dijadikan pertimbangan apakah rencana tersebut perlu
dibuat penanggulangan dikemudian hari atau tidak.Pembangunan merupakan
upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya
alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa kemasa terus
berlanjut guna memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.
Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala
sesuatu akan kembali kepada siklus alam walaupun bahan sintesis hasil rekayasa
manusia seperti plastik, tetapi akan menimbulkan masalah yang sangat besar
terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika sudah tidak dimanfaatkan
lagi.Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan
teknologi dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan
masalah-masalah baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai
dan sudah tidak digunakan dan mengakibatkan timbulnya sampah.
II. Pokok Permasalahan
1. Bagaimana Dampak Sampah terhadap
Lingkungan dan masyarakat?
2. Bagaimana sistem pengelolaan dan
kebijakan pemerintah terhadap sampah di daerah bekasi dan sekitarnya?
III. Data dan Fakta
Bahwa,di kawasan Bantar Gebang Bekasi
menyebutkan, akibat dijadikan kawasan tersebut sebagai TPA, warga di sekitar
menderita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis,
Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan
lain-lain merupakan hasil penelitian selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Hasil perhitungan berdasarkan jumlah
penduduk,jumlah limbah domestik dari rumah tangga adalah sebesar 2.915.263.800
ton/tahun atau 5900 – 6000 ton/hari; lumpur dari septic tank sebesar 60.363,41
ton/tahun dan yang bersumber dari industri pengolahan sebesar 8.206.824,03
ton/tahun.
penanganan kebersihan di wilayah DKI
Jakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana
dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak 737 buah (efektif : 701 buah);
alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang : 107 buah
(efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah tangga :
gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.
Sampah yang diangkut dari Lokasi
Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di Tempat Pemusnahan Akhir (TPA). TPA
yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan luas yang direncanakan
108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim pemusnahan yang
dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah dipergunakan
sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah
sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari
alternatif-alternatif lain sistim penanganan sampah melalui kerjasama dengan
pihak swasta.
Akibat operasional yang tidak sempurna,
maka timbul pencemaran terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat
limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi
hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan
efisiensi pengolahan sehingga kualitas limbah
memenuhi persyaratan untuk dibuang.
2. Meningkatkan/memperbaiki
penanganan sampah sesuai dengan prosedur “sanitary landfill”.
3. Membantu masyarakat sekitar LPA
dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan ambulance.
4. Mengatur para pemulung agar
tidak mengganggu operasional LPA.
Besarnya beban sampah tidak terlepas
dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan
sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat
kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan
ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS. Tak heran
bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi
cepat terpenuhi.
IV. Analisa
1. Dampak Sampah terhadap Lingkungan dan masyarakat
Setiap orang mempunyai hak untuk
mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.Sesuai dengan ketentuan tersebut bahwa
setiap orang berhak menolak dengan adanya hal-hal yang dapat merugikan
kesehatan baginya. Dalam hal ini, Tidak ada teknologi yang dapat mengolah
sampah tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengelolaan sampah selalu
membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan ahir.
Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya akan
mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya. Seperti contoh
yang terjadi di TPA bantar gebang, dengan adanya TPA maka warga sekitarnya TPA
menuai derita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis,
Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan
lain-lain merupakan hasil penelitian di Bantar Gebang selama kawasaan tersebut
dijadikan TPA.
Dengan adanya TPA tersebut juga dapat merusak lingkungan dan ekologi
disekitarnya. beberapa kerusakan lingkungan yang hingga kini tidak bisa
ditanggulangi akibat sebuah kawasan ekologi dijadikan TPA antara lain:
pencemaran tanah dimana Kegiatan penimbunan sampah akan berdampak terhadap
kualitas tanah (fisik dan kimia) yang berada di lokasi TPST dan sekitarnya.
Tanah yang semula bersih dari sampah akan menjadi tanah yang bercampur dengan
limbah/sampah, baik organik maupun anorganik baik sampah rumah tangga maupun
limbah industri dan rumah sakit. Tidak ada solusi yang konkrit dalam
pengelolaannya, maka potensi pencemaran tanah secara fisik akan
berlangsung dalam kurun waktu sangat lama.
2. Sistem Pengelolaan Sampah Dan
Kebijakan Pemerintah.
Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat
menjadi tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila
pemanfaatanya tidak sesuai dengan kemampuan serta melihat situasinya.Begitu
pula dengan sampah, dapat membuat hidup jadi tidak sehat. Karena itu sampah
harus dapat diolah dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai penyakit.
Faktor internal yang tidak kalah
pentingnya adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada
buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi
mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah
selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe
solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.
Kedua, faktor penyebab secara EKSTERNAL.
Faktor penyebab eksternal yang paling klasik terdengar adalah minimnya lahan
TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala umum bagi kota-kota besar.
Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering dialokasikan ke daerah-daerah
satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan
Tangerang serta TPA Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung.
Alasan eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi
penolakan keras dari warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan
keberadaan TPA di wilayahnya.Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA
adalah masalah minimnya kualitas SDM yang berakibat fatal pada buruknya
teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti sudah tidak lagi mampu
menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab utamanya adalah selama
ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of pipe solution,
bukan mengacu pada pendekatan sumber.
Secara umum, pemerintah daerah
dalam menanggulangi masalah sampah seharusnya mempunyai rencana pengelolaan
lingkungan hidup yang baik bagi warga sekitar. Dimana dalam menyusun
pengelolaan lingkungan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dan tidak dapat
dipisahkam yaitu:
a. Siapa yang akan melakukan
pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan apa yang harus dilakukan
b. Sesuai dengan dampak yang diduga
akan terjadi, maka akan ditetapkan cara pengelolaan yang bagaimana yang akan
dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah
c. Karena berbagai institusi
termasuk pemilik proyek yang akan melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara
terpadu, maka teknologi yang akan digunakan tergantung pada kemampuan biaya
yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber
pencemar.
Permasalahan umum yang terjadi pada
pengelolaan sampah kota di TPA , khususnya kota-kota besar adalah adanya
keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Karena itu
pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Memanfaatkan lahan yang terbatas dengan efektif
- Memilih teknologi yang mudah, dan aman terhadap
lingkungan
- Memilih teknologi yang memberikan produk yang
bisa dijual dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat
- Produk harus dapat terjual habis.
Karena itu, untuk memenuhi kriteria
tersebut diatas, teknologi yang layak dalam pengelolaan sampah di TPA bantar
gebang dan untuk diterapkan adalah kombinasi dari berbagai teknologi serta
penunjang lainya yaitu :
- Teknologi landfill untuk produksi kompos dan gas
metan
- Teknologi anaerobik komposting dranco untuk
produksi gas metan dan kompos
- Incinerator untuk membakar bahan anorganik yang
tidak bermanfaat serta pengeringan kompos
- Unit produksi tenaga listrik dari gas metan
- Unit drainase dan pengolah air limbah
Dalam menangani masalah sampah dikota
jakarta, pemerintah dalam hal ini membuat kebijakan-kebijakan, dimana masalah
sampah tersebut juga merupakan masalah lingkungan hidup. Permasalahan
lingkungan hidup merupakan masalah pemerintah dan juga masyarakat, namun perlu
disadari untuk semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran (sampah) atau
perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, dimana faktor penyebabnya
antara lain:
- Kurangnya kesadaran masyarakat.
- Kurangnya masyarakat dalam melakukan tindakan.
- Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani
masalah lingkungan.
- Keterbatasan sarana dan prasarana dari
pemerintah.
Dengan mencermati permasalahan yang
terjadi maka pemerintah mencoba berbagai terobosan yang efektif dan efisien
(tepat guna dan tepat sasaran). Sejauh ini, berbagai solusi terus-menerus
diupayakan meskipun dalam perkembangannya berbagai kendala kerapkali dijumpai.
Solusi-solusi yang sejauh ini telah diupayakan melalui sejumlah program kerja
antara lain dalah pelaksanaan regionalisasi pengelolaan sampah melalui program
GBWMC (Great Bandung Waste Management). Terdapat 4 poin dalam nota kesepahaman
itu, yaitu :
- pengelolaan sampah bersama secara terpadu di
kawasan Bandung metropolitan
- membentuk wadah yang mandiri dalam pengelolaan
sampah terpadu
- percepatan pembentukan wadah mandiri dengan
membentuk tim perumus yang terdiri dari 5 wilayah tersebut
- nota kesepahaman ini berlaku hingga terbentuknya
wadah yang mandiri tersebut
V. KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dari uraian yang
disampaikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya tempat pembuangan sampah di suatu daerah, biasanya
akan mempengaruhi kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitarnya, disamping itu
juga mempengaruhi atau merusak ekologi disekitarnya yang diantaranya adalah
terjadinya pencemaran air, udara, tanah. Dan akibat dari pencemaran tersebut
warga sekitar mudah terserang penyakit.
2. Sistem pengelolaan sampah yang digunakan ini sudah ketinggalan zaman
yang salah satunya menggunakan landfill system dimana dalam sistem tersebut
membutuhkan lahan yang luas untuk sampah. Disamping itu pemerintah harus dapat
membuat kebijakan baik internal maupun eksternal. Faktor Internal dimana
minimnya kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah
di lingkungan rumah tangganya sendiri, rendahnya SDM. Sedangkan yang
mempengaruhi faktor eksternal adalah minimnya lahan pembuangan sampah serta
tidak ketatnya pemerintah baik pusat maupun daerah membuat aturan masalah
sampah.
SUMBER:
Kamis, 18 Oktober 2018
Kamis, 12 Juli 2018
ARTIKEL RISET OPERASI
METODE PENUGASAN
Riefky
Rakhareswara
16316359
2TA02
Dosen:
Doddy Ari
Suryanto
JURUSAN TEKNIK
SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG........................................................................................
1.2 TUJUAN............................................................................................................
1.3 IDENTIFIKASI
MASALAH............................................................................
BAB II BENTUK UMUM
2.1 TABEL MATEMATIS.......................................................................................
2.2 PERNYATAAN MATEMATIS.........................................................................
2.3 KASUS YANG DIAMBIL.................................................................................
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb,
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan atas karunia, serta
ridha-nya lah penulis dapat menyelesaikan Artikel ini. Penulisan Artikel ini
dibuat dengan tujuan memperluas ilmu pengetahuan tentang masalah yang dibahas
sebagai sarana informasi
Pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besar nya
karena atas dukungan, serta doa yang diberikan kepada penulis sehingga
terselesaikan Artikel ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk pihak
yang berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.
Penulis
juga ingin mengucapkan permintaan maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan maupun kelengkapan pada Artikel ini karena keterbatasan ilmu
pengetahuan penulis.
Penulis
berharap kritik dan saran pembaca dapat memberikan pelajaran bagi penulis
khususnya para pembaca umumnya, Amin.
Wassalamualaikum.
Wr. Wb.
Depok, 9 Juli 2018
Riefky
Rakhareswar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Masalah Penugasan : Masalah Pemrograman Liner
khusus. Masalah pendelegasian tugas/assignment ke sejumlah penerima
tugas/assignee atas dasar satu-satu (one-to-one basis). Jumlah assignment =
jumlah assignee, bila tidak harus ditambahkan, dummy assignment/assignee‟ atau
obyek semu. Diperlukan data keuntungan/kerugian yg ditimbulkan assignee dalam
menyelesaikan assignment.
Umumnya
diselesaikan dengan Metode Hungarian. Metode
Hungarian yang pada tahun 1916 dikembangkan oleh seorang ahli matematika
berkebangsaan Hungaria yang bernama D KÖnig. Sebagai catatan, kasus penugasan
dianggap normal apabila jumlah sumber daya yang akan ditugaskan dan jumlah
pekerjaan atau tujuan adalah sama.
1.2
TUJUAN
Tujuan metode penugasan adalah menjadwalkan setiap assignee pada suatu assignment
sehingga dihasilkan kerugian minimal atau keuntungan maksimal
1.3
IDENTIFIKASI
MASALAH
Masalah
: bisa Minimisasi/Maksimisasi
·
Kerugian : berupa biaya dan waktu
·
Keuntungan : berupa pendapatan, laba,
nilai kemenangan.
BAB 2
BENTUK UMUM
2.1 TABEL MATEMATIS
2.2 PERNYATAAN
MATEMATIS
1.
2.
2.3
KASUS
YANG DIAMBIL
Pada sebuah Perusahaan
tersedia 4 orang ahli yang harus ditempatkan pada 4 bidang yang ada (1 ahli
untuk 1 bidang). Pemilik Perusahaan telah menganggarkan modal awal untuk
keempat ahli pada keempat bidang sebagai berikut : (modal dalam jutaan)
Ahli
(A) |
Bidang
(B)
|
|||
B1
|
B2
|
B3
|
B4
|
|
A1
|
Rp. 67
|
Rp. 76
|
Rp. 82
|
Rp. 75
|
A2
|
Rp. 80
|
Rp. 70
|
Rp. 65
|
Rp. 77
|
A3
|
Rp. 77
|
Rp. 68
|
Rp. 70
|
Rp. 74
|
A4
|
Rp. 70
|
Rp. 73
|
Rp. 78
|
Rp. 80
|
Dana ahli A1 di bidang B3 adalah 82, dana ahli
A1 dibidang B1 adalah 67, dan seterusnya. Bagaimana penugasan terbaiknya yang
dapat menghasilkan dana ahli bidang keseluruhan adalah yang terbesar?
Penyelesaian dengan
Metode Hungarian (untuk maksimasi)
1. Lakukan operasi baris,
yaitu dengan mengurangkan semua nilai pada baris dengan nilai terbesarnya
(operasi per baris untuk mendapatkan nilai 0 pada Jackp barisnya).
2. Lakukan operasi kolom
untuk memastikan bahwa Jackp kolom ada nilai 0 (laukan pengurangan terhadap nilai
terbesar hanya pada kolom yang tidak memiliki nilai 0).
3. Lakukan penugasan
terbaiknya (merujuk kepada elemen yang bernilai 0 atau terbesar, dipilih dan
dipilah sendiri) dengan cara :
4. Penugasan pertama kali
pada baris dan kolom yang memiliki satu-satunya nilai 0.
5. Penugasan berikutnya
pada baris saja atau kolom saja yang memiliki satu-satunya Adii 0.
6. Kerjakan terus hingga
selesai dan diperoleh nilai terbesar.
Hasil langkah 1, 2, 3 untuk contoh kasus ahli bidang
adalah sebagai berikut :
Data awal :
67
|
76
|
82
|
75
|
80
|
70
|
65
|
77
|
77
|
68
|
70
|
74
|
70
|
73
|
78
|
80
|
1.Operasi baris
·
Semua elemen pada baris 1 dikurangi dengan 82.
·
Semua elemen pada baris 2 dikurangi dengan 80.
·
Semua elemen pada baris 3 dikurangi dengan 77.
·
Semua elemen pada baris 4 dikurangi dengan 80.
Hasilnya sebagai
berikut :
-15
|
-9
|
0
|
-7
|
0
|
-10
|
-15
|
-3
|
0
|
-9
|
-7
|
-3
|
-10
|
-7
|
-2
|
0
|
Tidak ada nilai Nol
2.Operasi Kolom
Pada kolom 2 masih ada yang belum memiliki
nilai 0, lakukan operasi kolom pada kolom ini saja kurangi semua nilai pada
kolom 2 dengan -7
Hasilnya :
-15
|
-2
|
0
|
-7
|
0
|
-3
|
-15
|
-3
|
0
|
-2
|
-7
|
-3
|
-10
|
0
|
-2
|
0
|
·
Tampak hanya baris 1, 2 dan 3 serta kolom 2, 3, dan 4 yang
memiliki hanya satu nilai 0.
·
Hanya baris 1 dan kolom 3 yang pada baris dan atau kolom
memiliki satu-satunya nilai 0 berarti sebagai prioritas utama penugasan
terbaiknya adalah ahli 1 di bidang 3.
·
Ahli A4 lebih baik ditempatkan pada bidang B4 daripada bidang
B2, bidang B1 lebih baik dipegang oleh ahli A2 daripada ahli A3 dan seterusnya.
Hasil penugasan
terbaik :
Ahli Bidang
|
Nilai Dana
|
A1 – B3
|
Rp. 82
|
A2 – B1
|
Rp. 80
|
A3 – B2
|
Rp. 68
|
A4 – B4
|
Rp. 80
|
·
Total nilai terbaik adalah Rp. 310.
Contoh Kasus Minimasi
Pada sebuah sebuah Perusahaan
Atap ada 5 Rumah Produksi (Beton Normal, Beton Ringan, Beton Precast, Beton
Bertulang dan Beton Polos) yang dikepalai oleh 5 orang pekerja (sebut saja Andi, Budi, Gian, Robert, dan jon). Data nilai
kesalahan yang dibuat oleh kelima pekerja bila ditempatkan pada masing-masing rumah
produksi tersebut adalah sebagai berikut :
Pekerja
|
Klinik
|
||||
Beton
Normal
|
Beton
Ringan
|
Beton
Precast
|
Beton
Bertulang
|
Beton
Polos
|
|
Andi
|
33
|
30
|
41
|
41
|
23
|
Budi
|
26
|
33
|
36
|
28
|
30
|
Gian
|
28
|
33
|
25
|
25
|
34
|
Robert
|
37
|
30
|
29
|
32
|
25
|
Jon
|
30
|
28
|
40
|
30
|
28
|
Bagaimana penugasan terbaiknya yang dapat
menghasilkan nilai kesalahan total yang terkecil?
Langkah metode Hungarian untuk
kasus minimasi
Mengubah faktor pengurangnya kepada nilai
terkecil sebagai berikut :
·
Lakukan operasi baris baris yaitu dengan mengurangkan semua
nilai pada baris dengan nilai terkecilnya.
·
Lakukan operasi kolom untuk memastikan bahwa tiap kolom ada
nilai 0 (lakukan pengurangan terhadap nilai terkecil hanya pada kolom yang
tidak memiliki nilai 0).
·
Lakukan penugasan terbaiknya (merujuk kepada elemen yang
bernilai o atau terbesar, dipilih dan dipilah sendiri) dengan cara :
1. Penugasan pertama kali
pada baris dan kolom yang memiliki satu-satunya 0
2. Penugasan berikutnya
pada baris saja atau kolom saja yang memiliki satu-satunya nilai 0
3. Kerjakan terus hingga
selesai dan diperoleh nilai terkecil
Data awal :
33
|
30
|
41
|
41
|
23
|
26
|
33
|
36
|
28
|
30
|
28
|
33
|
25
|
25
|
34
|
37
|
30
|
29
|
32
|
25
|
30
|
28
|
40
|
30
|
28
|
Operasi baris :
·
Kurangkan semua nilai pada baris 1 dengan 23.
·
Kurangkan semua nilai pada baris 2 dengan 26.
·
Kurangkan semua nilai pada baris 3 dengan 25.
·
Kurangkan semua nilai pada baris 4 dengan 25.
·
Kurangkan semua nilai pada baris 5 dengan 28.
Hasilnya sebagai
berikut :
10
|
7
|
5
|
18
|
0
|
0
|
7
|
10
|
2
|
4
|
3
|
8
|
0
|
0
|
9
|
12
|
5
|
4
|
7
|
0
|
2
|
0
|
12
|
2
|
0
|
·
Baris 2 dan kolom 1 adalah prioritas utama karena memiliki
satu-satunya nilai 0 pada baris dan kolom, tugaskan pekerja 2 pada klinik 1
·
Penugasan lainnya seperti yang tampak diatas
Kepala
Rumah Produksi
|
Kesalahan
|
ADI – Beton
Polos
|
23
|
BUDI- BETON
NORMAL
|
26
|
Gian – Beton
Bertulang
|
25
|
ROBERT –
Beton Precast
|
29
|
Jon – Beton
Ringan
|
28
|
Nilai kesalahan Total
= 131
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Keterbatasan manusia dalam
memberikan solusi tanpa alat bantu merupakan salah satu kendala dalam
mengoptimalkan solusi yang ada. Apalagi jika harus menganalisis dan memilih
ratusan atau bahkan ribuan objek beban agar sesuai dengan kapasitas daya angkut
media transportasi. Efisiensi dalam penggunaan waktu juga menjadi pertimbangan
dalam mendapatkan solusi yang optimal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode
yang dapat membantu perusahaan transportasi dalam penyelesaian permasalahan
penugasan.
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)
Penilaian dan Forensik Bangunan pada Waduk
https://drive.google.com/open?id=11TMIkRF4_ayPcGbcmozjDR4YrsUWcf1_
-
CONTOH KASUS AMDAL DI INDONESIA(TPA,bantargebang,Bekasi) DAN CONTOH KASUS AMDAL LUAR NEGRI(TUMPAHAN MINYAK KAPAL SHOWA MARU DAN GULF WAR O...
-
ARTIKEL RISET OPERASI RIEFKY RAKHARESWARA 16316359 2TA02 DOSEN: DODDY ARI SURYANTO JURUS...